Lewati ke konten utama

Penggunaan Lampu Jauh, Antara Arogan Dan Bijak

·272 kata
Coretan
Jundi Mubarok
Penulis
Jundi Mubarok
Menulis Kisah, Membagikan Inspirasi

Penggunaan lampu jauh (high beam) tak beda tipis dengan kearoganan pengguna knalpot treng teng teng di jalanan, yang mblayer gas motornya dengan angkuh hingga suara knalpotnya memekakkan telinga.

Motor kekinian tidak memiliki tombol untuk mematikan lampu utama, toh itupun karena peraturan yang mewajibkan setiap motor untuk tetap menyalakan lampu utama di siang hari, jadi pabrikan tidak perlu lagi untuk menambahkan tombol lamp off.

Sebagian rider berpendapat bahwa ini akan membuat masa usia pakai lampu pendek (low beam) lebih cepat habis dibandingkan high beam karena low beam sering digunakan dan sebaliknya high beam jarang digunakan, kecuali untuk kondisi jalan yang sepi dan lengang.

Karena alasan itulah sebagian pengendara tetap menyalakan high beam agar lebih usefull dan bisa memperpanjang usia low beam.

Hasilnya? Pengendara dari arah yang berlawanan akan kena imbas silau, pun demikian pengendara di depan akan terkena imbasnya pula karena pantulan dari kaca spion.

Ditambah lagi lampu zaman sekarang sudah LED, yang sudah pasti lebih terang dibandingkan lampu bohlam biasa (bulb).


Beberapa waktu lalu saya dibuat kesal dengan salah satu pengendara Nmax.

Di malam itu saya pulang dari Fajar Toserba untuk belanja kebutuhan rumah.

Tiba-tiba dari spion Revo fit saya terpantul cahaya yang cukup menyilaukan, saya rasa motor itu menyalakan high beam dan tiba-tiba…

Tin..tin… wush…

Motor gambot itu menyalip dari kanan dengan jarak tidak kurang 10 cm dari spion motor saya.

Ternyata bukan hanya saya saja yang mendapatkan sapaan klakson yang terkesan arogan itu, tapi kendaraan yang menghalangi jalannya mendapat sapaan yang serupa saat disalip.

Saya mencoba menyalip motor tadi apakah memang pabrikan mengatur low beam lebih tinggi dari biasanya, ternyata simbol high beam pada instrumen Nmax tadi memang menyala. Arogan!