Lewati ke konten utama

Kontrakan Saat Ini. Dingin!

·511 kata
Coretan kontrakan
Jundi Mubarok
Penulis
Jundi Mubarok
Menulis Kisah, Membagikan Inspirasi

Sudah hampir 4 bulan saya tinggal di kontrakan baru yang letaknya tidak begitu jauh dari pos pendakian gunung ciremai.

Dingin yang menusuk hingga ke tulang bila sudah melewati area wisata J & J yang jaraknya kurang dari 4 km dari kontrakan bahkan saya belum pernah masuk ke area wisatanya, kecuali restonya saja.

Untungnya sebelum saya menempati kontrakan dimana dikenal dengan daerah pendakian yang terkenal curam itu, saya sudah pernah menempati kontrakan yang dahulu orang tua pernah menempati daerah tersebut, yang dikenal pas untuk kondisi cuaca, tidak panas dan cenderung sejuk, dan cukup strategis.

Sehingga saat menempati kontrakan yang lebih tinggi datarannya tidak butuh waktu lama untuk penyesuaian lingkungan, kecuali untuk air bak kamar mandi yang airnya berasa keluar dari freezer selama 10 menit dan di atur ke angka 2 kenopnya, dingin nian.

Sumber air bukan dari PDAM ataupun sumur dan disedot oleh sanyo -walau mereknya shimizu tetap disebutnya sanyo- tapi dari tuk sebutan untuk air dari mata air.

Air jernih walau sedikit kotor karena membawa sedikit pasir dan tumbuhan, tapi cukup bisa ditolerir.

Jika sudah beberapa hari mengaliri bak barulah terlihat kotoran yang mengendap di dasar bak.

Saya akali saja untuk menghadapi hal ini, istri saya punya kaos kaki yang sebelah kirinya hilang, saya balut ujung selang yang mengarah ke bak menggunakan kaos kaki, lalu dikencangkan dengan karet gelang.

Lumayan membantu untuk membuat air tetap terjaga kejernihannya dalam waktu yang cukup lama, tidak lupa untuk membersihkan ‘filter’ ini setiap beberapa hari sekali.

Ya, kontrakan baru kami yang sekali lagi disini cukup dingin sampai-sampai cat tembok bagian dalam rumah terkelupas karena lembab dan ditambah lagi sudah dicat berulangkali.

Untuk urusan air kamar mandi dan jasa angkut sampah limbah dapur, disini hitungannya cukup murah dibandingkan di tempat kontrakan sebelumnya.

Untuk urusan air jasanya dibayar Rp 60.000,-/tahun karena terkadang ada jalur air pada selang yang terputus atau mampet, nah uang disini untuk membayar jasa tersebut. Ini terbilang sangat murah karena hampir tiap hari bak selalu terisi penuh bahkan luber, walaupun terkadang alirannya tidak menentu, relatif cukup untuk kami yang hanya tinggal berdua ditambah 1 anak.

Untuk hal jasa angkut sampah sebelumnya Rp 5.000,- sekarang ada kenaikan jadi Rp 7.000,-/bulannya. Cukup murah bukan?

Perihal daya listrik sebagian besar rumah disini tidak lebih dari 450 VA, maka dari itu saya harus mengakali beberapa perangkat yang memiliki daya yang cukup besar, sebut saja mesin cuci, rice cooker, kulkas dan setrika.

Ketika ingin memasak nasi maka kulkas harus mengalah, ketika nasi matang barulah steker kulkas ditancapkan kembali ke stopkontak.

Yah begitulah, konsekuensinya.

Idealnya minimal daya ditingkatkan menjadi 900 VA, tapi belum tentu bapak kontrakan mau menaikkan daya rumahnya.

Walau jatah kWH nanti semakin berkurang, yang awalnya Rp 20.000,- bisa membeli sekitar 42 kWH, tapi saat dinaikkan dayanya mungkin hanya kisaran 75-an kWH yang harganya Rp 100.000,- itupun untuk yang subsidi, entah ada kenaikan lagi atau tidak.

Tapi itu bukan masalah yang sangat krusial karena memang ini kebutuhan yang utama.

Sudahlah pasti alasannya agar kulkas tidak perlu mengalah dan isi kulkas tetap terjaga serta bahan makanan yang disimpan bisa lebih lama, walau seringkali kosong bila sudah tanggal tua ๐Ÿ™‚